BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Secara statistik jumlah anak berbakat akademik
(ABA) sangatlah besar di Indonesia.Di antara mereka ada yang telah berhasil
mewujudkan potensinya, sehingga dapat berprestasi optimal, namun sebagian besar
di antara mereka cenderung belum berprestasi optimal. Hal ini ditunjukkan
dengan penampilan sejumlah anak SD, SMP, SMA, bahkan mahasiswa di antara
sejumlah PT dengan prestasi secara menakjubkan yang tidak hanya pada tingkat
nasional, melainkan juga tingkat internasional. Jika dihitung, maka jumlah anak
yang berprestasi masih jauh dari angka yang seharusnya. Kekurangberhasilan itu,
tidak hanya disebabkan oleh persoalan kompleks yang dihadapi bangsa Indonesia,
melainkan sistem pendidikan yang diterapkan belum banyak memberikan fasilitasi
bagi perkembangan anak berbakat.
Di sisi lain arus globalisasi
sangat menghendaki kemampuan kompetitif dalam berbagai hal di antara setiap
warga Indonesia. Untuk dapat mengantarkan bangsa Indonesia di masa depan yang
lebih prospektif dan mampu bersaing secara terbuka, maka sangatlah diperlukan
sistem pendidikan yang mampu membangun keunggulan (excellence). Untuk
membangun keunggulan tersebut, bangsa Indonesia bertumpu pada individu-individu
yang memiliki potensi dan prestasi cemerlang, salah satunya adalah ABA.
Hingga
kini berbagai upaya telah dilakukan dalam membangun keunggulan, di antaranya
melakukan reformasi hukum di bidang pendidikan, manajemen pendidikan, proses
pembelajaran, kurikulum, dan sistem evaluasi. Namun pada kenyataannya semua
upaya reformasi di bidang pendidikan belum menampakkan hasil yang
menggembirakan. Salah satunya adalah kinerja Bimbingan dan Konseling (BK) belum
mampu menampilkan prestasi yang membanggakan terutama dalam memberikan
pelayanan bagi anak berbakat akademik.
Anak
berbakat akademik tidak hanya membutuhkan layanan BK tidak hanya untuk
pengembangan potensinya, melainkan juga untuk mengatasi persoalan yang
dimilikinya. Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, termasuk Amerika
Serikat, layanan bimbingan dan konseling (BK) merupakan suatu jantung proses
pendidikan yang ternyata mampu menunjukkan kontribusinya dalam mengakselerasi
kemajuan pendidikan, yang pada gilirannya mampu membangun keunggulan.
B.Tujuan dan mamfaat
1. Tujuan
a.
Untuk memenuhi tugas mata konseling populasi khusus bagi Anak Berbakat
Akademik.
b.Untuk mengetahui konsep keberkatan.
c.
Untuk mengetahui Karakteristik anak berbakat.
d.Untuk mengetahui kebutuhan BK bagi
Anak Berbakat Akademik.
2. Mamfaat
Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang
pendidikan khususnya bimbingan dan konseling bagi Anak Berbakat Akademik.Serta
memberikan pemahaman tentang karakteristik Anak Berbakat Akademik,sehingga
siswa dapat mengembangkan potensi yang di milikinya.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.Hakekat anak berbakat akademik
Banyak istilah yang dapat dipakai untuk
menyebut anak berbakat, diantaranya:anak unggul, anak berkemampuan istimewa,
anak superior, anak genius, danmasih banyak lagi sebutan lainnya. Secara
konseptual pengertian anak berbakat juga berkembang dari tahun ke tahun.
Pertama, anak berbakat adalah anak yang ditunjukkan dengan kemampuan tingkat
kecerdasaan atau kemampuan umum (g factor) di atas rata-rata. Konsep ini
diperkuat dengan teori faktor,bahwa kemampuan individu dapat dikatagorikan
menjadi dua, yaitu kemampuan khusus (s factor) dan kemampuan umum (g factor).
Berdasarkan konsep ini Komisi Pendidikan AS, Sidney P. Marland
(1972)menetapkan definisi anak berbakat sebagai“Anak
berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi
profesional sebagai anak yang memiliki kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki
program pendidikan yang sesuai atau layanan melebihi sebagaimana diberikan
secara normal oleh program sekolah regular, sehingga dapat merealisasikan
kontribusi secara bermakna bagi diri dan masyarakatnya.
Kemampuan anak dengan kinerja tinggi yang dapat
merupakan prestasi dan atau kemampuan potensial dalam beberapa bidang, baik
yang sifatnya kemampuan tunggal maupun kemampuan jamak, atau kombinasi di
antara bidang-bidang itu di antaranya: kemampuan intelektual umum, bakat akademik
spesifik, kemampuan produktif atau kreatif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan
bidang seni visual dan pertunjukan, dan kemampuan motorik. Dengan menggunakan
definisi keberbakatan yang lebih luas, suatu sistem sekolah diharapkan mampu
mengidentifikasi 10% s.d. 15% atau lebih dari populasi dapat disebut anak
berbakat. Untuk memahami definisi tersebut di atas secara lebih mendalam, maka
dipandang perlu melakukan deskripsi masing-masing bidang keberbakatan. Kemampuan
intelektual umum, bahwa orang umum seperti juga pendidik selalu mendefinisikan
ini berkenaan dengan skor tes inteligensi yang tinggi – yang biasanya di atas 2
standar deviasi.
Orangtua
dan guru sering mengenal siswa yang memiliki kemampuan intelektual umum di atas
rata-rata yang diindikasikan dengan tingkat perbendahaan kata yang tinggi,
ingatan, dan penguasaan kata-kata abstrak, dan pemikiran abstrak. Bakat
akademik khusus, bahwa siswa dengan bakat akademik khusus diidentifikasi dengan
penampilan yang unggul pada tes prestasi atau tes bakat dalam satu atau lebih
dari satu bidang, seperti: prestasi matematika, sains.
Pengelola
pencarian bakat sering kali disponsori oleh sejumlah universitas dan institut dengan
mengidentifikasi siswa yang berbakat akademik yang skornya 97 % atau lebih
tinggi berdasarkan hasil tes prestasi terstandar dan tes bakat skolastik.Kemampuan
berpikir kreatif dan produktif, bahwa bakat ini merupakan kemampuan
menghasilkan ide-ide baru dengan menyatukan elemen-elemen yang ada dan bakat
untuk mengembangkan makna-makna baru yang berarti bagi masyarakat.
B.Karakteristik anak berbakat
Karakteristik siswa kreatif dan
produktif mencakup keterbukaan terhadap pengalaman, menetapkan standar personal
untuk evaluasi, kemampuan memainkan ide-ide, keinginan untuk menghadapi
resiko,kesukaan terhadap kompleksitas, toleran terhadap ambiguitas, image diri
yang positif, dan kemampuan menyatu dengan tugas.
Siswa kreatif dan produktif diiedntifikasi
melalu penggunaan tes seperti Torrance Test of Creative Thinking atau melalui
penampilan kreatif. Kemampuan kepemimpinan, bahwa kepemimpinan dapat
diidentifikasi sebagai kemampuan untuk mengarahkan individu atau kelompok untuk
sampai kepada keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang menampilkan kemampuan
keberbakatan bidang kepemimpinan menggunakan keterampilan kelompok dan
bernegosiasi dalam situasi yang sulit. Beberapa guru mengenal kepemimpinan
melalui minat yang sungguh-sungguh dan keterampilan dalam pemecahan masalah.
Karakteristik kepemimpinan mencakup
kepercayaan diri, tanggung jawab, kerjasama, kecenderungan untuk mendominasi,
dan kemampuan beradaptasi dengan mudahnya terhadap situasi yang baru.
Siswasiswa ini dapat diidentifikasi melalui instrumen seperti the Fundamental Interpersonal
Realtions Orientation Behavior. Seni visual dan pertunjukan, bahwa siswa
berbakat bidang seni menunjukkan keberbakatan khususnya bidang seni visual,
musik, tari, drama atau bidangbidang terkait lainnya. Siswa-siswa ini dapat
diidentifikasi dengan menggunakan deskripsi tugas seperti skala produk kreatif
(the Creative Product Scale), yang dikembangkan untuk Sekolah Negeri Detroit oleh Patrik
Byrons dan Beverley Ness Parke, Wayne State University.
Kemampuan psikomotorik, bahwa
kemampuan ini mencakup kemampuan motorik kinestetik, seperti keterampilan
praktik, spasial, mekanikal, dan fisikal.
Kemampuan
ini jarang digunakan sebagai suatu kriteria dalam program bagi anak berbakat. Selain
daripada pandangan tersebut di atas, ada pandangan-pandangan lain tentang
keberbakatan. Pertama, Robert Sternberg dan Robert Wagner (1982)
menyarankan
bahwa keberbakatan adalah suatu jenis mental selfmanagement.
Manajemen
mental kehidupan seseorang dalam suatu cara yang konstruktif dan bertjuan
memiliki tiga elemen dasar: mengadaptasikan dengan lingkungan, menyeleksi
lingkungan baru, dan membentuk lingkungan.
Sternberg dan Wagner menegaskan bahwa
dasar psikologis yang sangat penting darikeberbakatan intelektual yang tersisa
dalam kecakapan intuitif mencakup tiga proses utama, yaitu: (1) memisahkan
informasi yang relevan dan tak relevan, (2) mengkombinasikan informasi yang
terpisah ke dalam keseluruhan yang utuh,dan (3) mengaitkan insformasi yang
diperoleh pada saat ini dengan informasi yang diperoleh pada masa lalu.
Kedua, Howard Gardner (1983) juga
menyarankan suatu konsep multiple intelligences, bahwa ada beberapa cara untuk
memandang dunia, yaitu : kecerdasan linguistik, logikal/matematik, spasial,
musikal, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal. Belakangan ini
dilengkapi dengan kecerdasan naturalistik.Ketiga, Joseph Renzulli (1986)
menyatakan bahwa perilaku keberbakatan merefleksikan
suatui interaksi antara tiga kluster dasar dari sifat-sifat manusia,‘yaitu
kemampuan di atas rata, tingkat komitmen akan tugas yang tinggi, dantingkat
kreativitas yang tinggi.
Menurut Renzulli, anak-anak berbakat
adalah anak yang memiliki atau mampu mengembangkan kesatuan dari sifat-sifat
itu dan menerapkannya untuk bidang-bidang apa yang bermakna dari kinerja manusia.
Selain daripada itu juga dikatakan bahwa mereka adalah anak yang mampu
mengembangkan suatu interaksi di antara tiga kluster, jika diberikan berbagai
kesempatan dan pendidikan yang tidak biasanya diberikan melalui program
intsruksional pada umumnya.
Selanjutnya ditegaskan
oleh Kitano dan Kirby (1985) bahwa ABA adalah individu yang memiliki kemampuan
potensial dan aktual di bidang akademik tertentu seperti: sains, matematika,
ilmu pengetahuan sosial, dan humaniora. Keunggulan bidang akademik yang
ditunjukkan dapat juga hanya satu bidang atau dua bidang, bahkan dapat juga
semua bidang. Roe (Kitano dan Kirby, 1985) menegaskan bahwa individu di sekolah
yang mampu menunjukkan prestasi akademik unggul, ternyata tidak selamanya dia memiliki
kecerdasan tinggi, padahal mereka yang memiliki bakat akademik pada umumnya berkecerdasan tinggi.
Selain daripada itu individu yang sukses dalam
karirnya lebih disebabkan oleh fungsi kerja keras daripada kecemerlangan
potensi yang dimilikinya. Selain daripada itu disadari bahwa ABA tidak
selamanya mampu menunjukkan prestasi akademik yang unggul, karena boleh jadi disebabkan
oleh beberapa faktor.Di antara mereka, ada yang
tidakmampu
menampilkan potensi akademiknya secara optimal. Mereka itulah yang disebut
sebagai anak berprestasi kurang (underachieving children).
Kelompok inilah yang cenderung sebagai
populasi yang lebih banyak terjadi di Indonesia, karena model pendidikan yang
diselenggarakannya cenderung lebih bersifat klasikal, dan belum memberikan
perhatian dan layanan berdasarkan potensi dan kebutuhan peserta didik.
BAB
III
HASIL PARAKTEK KONSELING
A.Deskripsi
singkat sebelum di laksanakannya konseling
Sebelum pelaksanaan konseling praktikan
mengambil surat pengantar dari kampus
kemudian bertemu dengan kepala sekolah SMP Negeri
I Luwuk,
guna meminta izin untuk pelaksanaan praktek, namun
pada saat itu kepala sekolah masih rapat dengan dewan guru sehingga praktikan
menunggu di ruang kepala sekolah.
Setelah mengadakan pertemuan
dengan kepala sekolah praktikan
langsung mengadakan observasi sambil menunggu klien yang akan di konseling kami berjalan-jalan di
sekitar sekolah.Setelah selesai pembelajaran
praktikan langsung masuk ke
kelas guna mencari klien yang
akan praktikan konseling ,yaitu Anaka Sapana.
Proses
wawancara dilakukan di ruang BK,di jam
kosong pelajaran Anaka Sapana menyempatkan waktunya.
Waktu : Pukul 09.00-09.45 wita
Tempat : Di ruang BK
Tanggal : 31 Mei 2014
BIODATA
KLIEN
Nama :Anaka Sapana
Tempat,tanggal lahir :Luwuk,17 Mei 2001
Usia :13(Tiga belas)
Alamat :Jln.Sungai Bunta
Anak ke - :II(DUA)
Jenis Kelamin :Perempuan
Sekolah &
Kelas :SMP NEGERI 1
LUWUK/VIII.A
Rangking Kelas :VI(ENAM)
Bisa membaca pd
usia : IV Tahun
Hobi :Membaca,Bermain
Prestasi yang diraih anak;
1.Pernah
mewakili sekolah tingkat kabupaten pada mapel IPS
2.mengikuti pramuka
tingkat kabupaten
IDENTITAS KELUARGA
ORANG TUA
AYAH
Nama :Hasrul Hamid
TTL :Luwuk,10 Juli 1962
Alamat : Bunta
Pekerjaan :Wiraswata
IBU
Nama :Ariati Ipi
TTL : Gorontalo,20 September 1968
Alamat : Jln.Sungai Bunta
Pekerjaan : IRT
SAUDARA / SAUDARI
Nama : Nurpadila
TTL : Luwuk,28 Mei 1992
Alamat :
Jln.Sungai Bunta
Sekolah : Unismuh Luwuk
B.Pembahasan
Berdasarkan hasil konseling yang di
lakukan konselor dan klien pertama konselor menbina hubungan antara klien dan
konselor sehingga terjalin sebuah keakrapan.Setelah itu konselor menggunakkan
teknik menerima sikap apa adanya dari seorang klien tanpa ada membeda-bedakan
antara klien, tidak ada penilaian positif dan negatif kepada konseli.Konselor
mendorong konseling menggunakan waktu tertentu,yaitu dengan adanya kesepakatan
waktu yang di gunakan antara konselor
dan konseli selama proses konseling.
Konseli masih merasa ragu untuk
mengutarakan permasalahannya,sehingga konselor harus meyakinkan konseli bahwa
rahasia konseli tidak akan di ketahui oleh orang lain tanpa izin dari anda.Konseli
dengan terbuka menceritakan permasalahannya yang dimana konselor konselor
menggunakan teknik diam guna mendengar permasalahan yang di utarakan oleh
konseli.Koselor memberikan penguatan kepada konseli atau dukungan kepada
konseli apabila pernyataan konseli bersifat positif,efektif baik berupa
dukungan verbal maupun non verbal.
Melihat dari permasalahan yang di
bahas ,konseli mengalami kebingungan dalam mengembangkan bakatnya karena harus
di hadapkan pada sebuah pilihan,maka teknik yang di gunakan konselor,yaitu
teknik konfrontasi untuk mengembalikan keadaan konseli pada posisi semula
sesuai dengan keadaan sebenarnya.Konseli sudah menemukan jalan keluar dari
masalahnya yang Ia hadapi. Sebelum mengakhiri proses konseling, konselor
menyimpulkan hasil konseling yang telah di lakukan agar proses konseling
semakin jelas.
SATUAN
LAYANAN
a.Judul
layanan : Bimbingan dan Konseling
b.Jenis
layanan : Konseling Individu
c.Bidang
Bimbingan : Pribadi dan sosial
d.Fungsi
Layanan : pemahaman dan Pengembangan
e.Tujuan
Layanan : Agar individu dapat menyelesaikan masalahnya
f.Hasil
yang ingin di capai : Mampu mengembangkan bakatnya,mampu
menerima suatu keadaan,tetap optimis dan
berpikir positif.
g.Sasaran
kegiatan : Peserta
didik yang mengalami masalah
h.Materi
Layanan : Konseling Individu
i.
Tempat penyelenggara : Di ruang
BK.
j.Waktu/Tanggal : 09-0945/31 Mei 2014
k.
Semester :
Dua/Genap
l.Penyelenggara
Layanan : Mahasiswa
m.Alat
dan Perlengkapan : buku,alat tulis
n.Rencana
penilaian : Laiseg
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Keputusan
telah di ambil oleh klien dalam menghadapi masalah pribadinya,yaitu kebingungan
dalam menentukan sebuah pilihan yang di latar belakangi oleh ekonomi keluarga
yang kurang mampu dan telah mengetahui tindakan-tindakan apa yang harus di
ambilnya guna mengatasi permasalahannnya.
B.Saran
Bagi
konseli jika punya suatu masalah
silahkan sering dengan konselor yang ada di sekolah guna membantu penyelesaian
sebuah masalah yang di hadapi,begitu pula bagi koselor kiranya tak bosan untuk
membantu peserta didik yang mengalami masalah,baik masalah bakat akademik maupun masalah
lainnya.Bagi sekolah atau kampus maupun masyarakat kiranya dapat bekerjasama
antara komponen-komponen yang ada ,sehingga proses pemberian layanan bimbingan
dan konseling bisa sesuai dengan apa yang kita harapkan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran
1 :Biodata Mahasiswa
BIODATA MAHASISWA
Nama : Karman
Yambisi
Tempat/Tgal.Lahir :
Kelapalima,23 Desember 1992
Alamat : Jln.G.Tompotika No.12
Anak
ke : I(Pertama)
Ayah : Kasman Yambisi
Ibu : Sance Lombua
Agama : Kristen Protestan
Asal : Banggai Laut
Hobi : Olahraga,Membaca.
Gol.Darah : B